Jumat, 16 Juli 2010

Profil Rumah Muslim Ideal

Rumah merupakan kebutuhan yang didambakan oleh setiap insan. Di sanalah tempat mereka bercengkrama bersama keluarga, melepas kepenatan dan permasalahan hidup, membina isteri dan anak-anak. Di sanalah tempat seseorang bersembunyi dari aib diri dan keluarga, menjaga diri dari panas dan hujan, menghindarkan keluarga dari mara bahaya. Dan disanalah tempat seseorang menumpahkan segala kebutuhan dan memperoleh kebahagiaan.
Tidak diragukan lagi bahwa rumah seorang muslim yang ideal adalah rumah yang memiliki ciri khas tersendiri dibanding yang lainnya, teristimewa dalam hal ciri dan tandanya, adab dan etikanya, perhatian dan arahannya, serta tujuan dan kepentingannya. Demikian pula teristimewa dalam hal obsesi dan misinya.
Di antara ciri dan keistimewaan rumah seorang muslim yang iltizam (komitmen), adalah sebagai berikut:

BERHENTILAH WAHAI SAUDARAKU

Saudaraku tercinta! Sesungguhnya alam semesta ini, yang besar maupun yang kecil, semuanya menghadap kepada Allah subhanahu wata'ala, bertasbih kepada-Nya, mengagungkan dan bersujud kepada-Nya. Allah subhanahu wata'ala berfirman yang artinya, "Dan tak ada satu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya". (QS. Al-Isra: 44).

Sesungguhnya seluruh makhluk yang Allah ciptakan menundukkan kepalanya, merendahkan diri kepada-Nya dan mengakui keutamaan-Nya. Akan tetapi, tinggal di alam semesta ini makhluk kecil yang rendah dan hina. Diciptakan dari setetes air hina (mani) tiba-tiba saja ia menjadi penentang yang nyata. Dia berada di suatu lembah dan seluruh alam semesta di lembah yang lain. Ia meninggalkan ketaatan, tidak mau tunduk dan bertasbih kepada-Nya, meskipun segala sesuatu yang ada di sekelilingnya tekun berdzikir dan bertasbih kepada Allah subhanahu wata'ala. Makhluk kecil ini ialah manusia yang bermaksiat kepada Allah subhanahu wata'ala. Alangkah dahsyatnya kebatilan ini! Alangkah besarnya kedunguan ini! Dan Alangkah rendah dan hinanya ketika ia menjadi penyakit di alam yang teratur ini.

Hukum Seputar Mandi Janabah

Para pembaca yang budiman, sudah kita ketahui bahwa thaharah (besuci) merupakan bagian dari ajaran Islam bahkan merupakan separuh dari keimanan, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Kebersihan itu sebagian dari keimanan...” (HR. Muslim, Bab fadhlul Wudhu, Ahmad dan yang lainnya)
Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika diutus menjadi Rasul dan diperintahkan untuk berdakwah, maka di antara perintah yang terdapat dalam wahyu tersebut adalah perintah untuk bersuci. Dalilnya adalah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dari Ibnu Syihab, dia telah berkata, “Telah mengabarkan kepadaku Abu Salamah bin Abdur-Rahman, bahwasanya Jabir bin Abdullah dia menceritakan tentang terhentinya wahyu dan berkata dalam haditsnya, “Tatkala aku (Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam) berjalan ketika itu aku mendengar suara dari atas langit, kemudian aku angkat pandanganku ke atas ternyata ada malaikat yang pernah mendatangiku di goa Hira dan aku merasa ketakutan darinya, kemudian aku pulang terus berkata, “Selimutilah aku,! Selimutilah Aku! Kemudian Allah l menurunkan firmanNya, artinya, “Wahai orang yang berselimut! Bangunlah, lalu berilah peringatan ! Dan Tuhanmu, agungkanlah, dan pakaianmu besihkanlah dan perbuatan dosa (menyembah berhala), maka tinggalkanlah.” (QS. al-Muddatsir: 1-5) (HR. al-Bukhari, Kitab Badil Wahyi).
Maka pada edisi kali ini, kita akan sedikit membahas tentang salah satu dari macam thaharah yaitu mandi janabah. Mengigat pentingnya pembahasan ini dan masih banyak kaum muslimin yang belum memahami masalah ini, padahal Allah Ta’ala tidak akan menerima shalat seseorang jika dia berhadas sampai dia bersuci, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Allah Ta’ala tidak akan menerima shadaqah dari hasil Ghulul (korupsi dari harta rampasan perang) tidak pula menerima shalat tanpa bersuci.” (HR. Abu Daud, Bab Fardhu al-Wudhu. Syaikh al-Albani berkata, “Shahih”).
Dalil-Dalil Disyari’atkan Mandi Wajib

Kamis, 01 Juli 2010

BAB DZIKIR BA'DA SHALAT (Bagian IV)


Kami meriwayatkan dalam kitab Ibn as-Sunni dari Anas radiyallahu 'Anhu , dia berkata,

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا قَضَى صَلاَتَهُ، مَسَحَ جَبْهَتَهُ بِيَدِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ قَالَ: أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ. اَللّهُمَّ أَذْهِبْ عَنِّي الْهَمَّ وَالْحَزَنَ.
"Apabila Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam menyelesaikan shalatnya, beliau mengusap keningnya dengan tangan kanannya kemudian mengucapkan, 'Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ya Allah, hapuskanlah duka dan kesedihan dariku'." (Dhaif : Diriwayatkan oleh al-Bazzar, no. 2115 – Mukhtashar az-Zawa`id; ath-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Ausath, no. 2520 dan dalam ad-Du'a`, no. 659; Ibn as-Sunni, no. 112; Abu Nu'aim dalam al-Hilyah 1/301: dari tiga jalan, dari Zaid al-Ammi, dari Muawiyah bin Surrah, dari Anas bin Malik dengan hadits tersebut.

BAB DZIKIR BA'DA SHALAT (Bagian III)


Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari (Kitab al-Jihad, Bab Ma Yuta'awwadz Min al-Jubn, 6/35, no. 2822) di awal kitab al-jihad dari Sa'ad bin Abu Waqqash radiyallahu 'Anhu ,

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَتَعَوَّذُ دُبُرَ الصَّلاَةِ بِهؤُلاَءِ الْكَلِمَاتِ: اللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ، وَأَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ.
"Bahwa Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam memohon perlindungan (kepada Allah) setelah shalat dengan kalimat-kalimat ini, 'Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari sifat penakut, aku berlindung kepadaMu dari dikembalikan ke usia yang paling lemah, dan aku berlindung kepadaMu dari fitnah dunia dan aku juga berlindung kepadaMu dari siksa kubur'." (Usia yang lemah adalah tua renta, pikun dan kelemahan yang payah).

BAB DZIKIR BA'DA SHALAT (Bagian II)

Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dari al-Mughirah bin Syu'bah radiyallahu 'Anhu bahwa apabila Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam selesai dan salam dari shalat beliau mengucapkan,

لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ، وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. اَللّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذاَالْجَدِّ مِنْكَ الجَدُّ.
"Tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya. BagiNya segala puji dan bagiNya kerajaan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang dapat mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau cegah. Kekayaan seseorang tidak berguna dari ancamanMu." (Diriwayatkan oleh al-Bukhari: Kitab al-Adzan, Bab adz-Dzikr Ba'da ash-Shalah, 2/325, no. 844, dan Muslim, ibid no. 593).

Untuk Diketahui Setiap Muslim





oleh : DR. Abdullah al-Mushlih & DR. Shalah ash-Shawiy

Kita mengimani bahwa tauhid yang murni merupakan fitrah yang telah diciptakan Allah pada hamba-hamba-Nya, dan ia merupakan dasar bagi seluruh risalah samawiyah. Adapun yang muncul setelah itu dari berbagai macam ibadah kepada selain Allah, menisbatkan anak kepada Allah, meyakini-Nya telah bersatu ke dalam salah seorang ciptaan-Nya, semuanya itu merupakan kemusyrikan dan perubahan baru, yang para nabi dan rasul telah berlepas diri darinya.
Allah berfirman menjelaskan tentang diciptakannya makhluk dengan fitrah tauhid,
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ (172) أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِنْ بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ
“Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Rabbmu”. Mereka menjawab, ”Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb)”. Atau agar kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Ilah sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang yang sesat dahulu.” (Al-A’raf: 173).

SEHAT JASMANI DAN ROHANI DENGAN PUASA


Oleh: Izzudin Karimi, Lc.

KHUTBAH PERTAMA :

إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ:
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ، وَعَلَى أله وَصَحْبِهِ وَسَلمْ.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Kita semua sudah memaklumi bahwa tujuan Allah menciptakan kita semua, manusia adalah demi beribadah kepadaNya, bukan karena Allah diuntungkan dengan ibadah tersebut. Dia Mahakaya, tidak memerlukan apa pun dari kita meskipun itu ibadah dan ketaatan, akan tetapi kewajiban ibadah tersebut adalah demi kemaslahatan dan kebaikan diri kita sendiri. Kitalah sebenarnya yang memerlukannya, karena jika tidak, maka apa yang membedakan kita dengan hewan? Ini harus diyakini oleh setiap Muslim, karena dengan keyakinan yang demikian, dia akan terlecut untuk taat dan beribadah, karena dia sendirilah yang akan menikmati buahnya hari ini atau esok.
Ini juga berarti bahwa tidak ada ibadah apa pun yang diperin-tahkan atau dianjurkan oleh Allah kecuali ia menyimpan kebaikan-kebaikan dan kemaslahatan-kemaslahatan. Ini pasti, baik kemaslahatan tersebut bersifat murni maupun bersifat dominan. Hal ini kita ketahui karena peletak syariat tidak hanya sekali atau dua kali menjelaskannya, baik secara global ataupun detail ditambah daya pikir dan nalar yang merupakan kemampuan kita sebagai manusia, kalaupun misalnya peletak syariat tidak menjelaskan sementara daya pikir dan nalar kita tidak mampu menangkap, tidak berarti bahwa ia kosong dari kemaslahatan sama sekali, ia tetap mengandung kemaslahatan, hanya saja daya pikir dan nalar kita terbatas untuk dapat menangkapnya, karena dasar kita sebagai manusia memang penuh dengan keterbatasan.

SEMUA BID'AH ITU SESAT [2] (Menjawab Syubhat-syubhat)


Oleh: Drs. Hartono Ahmad Jaiz
(Editor: Abdurrahman Nuryaman)


KHUTBAH PERTAMA :

إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ:
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ، وَعَلَى أله وَصَحْبِهِ وَسَلمْ.

Jama'ah Jum'at yang Dirahmati Allah
Sudah terlalu sering kita mendengar ungkapan keberatan dan syubhat-syubhat dari mereka yang tidak mau berhenti dari melakukan bid'ah, bahkan membela semua amal bid'ah mereka. Syubhat-syubhat dan berbagai pembelaan dikumandangkan lewat mimbar-mimbar ta'lim bahkan dimuat dalam berbagai media massa. Berikut sejumlah syubhat yang biasa mereka agungkan beserta jawaban Ahlus Sunnah terhadapnya.
Syubhat Pertama : Pemahaman mereka yang keliru terhadap Sabda Nabi Sallallahu 'Alahi Wasallam :

مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْءٌ، وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ.
"Barangsiapa yang memberikan suatu contoh perbuatan baik dalam Islam, maka dia mendapatkan pahala perbuatan tersebut dan pahala orang yang mengamalkannya setelahnya, tanpa mengurangi se-dikit pun dari pahala-pahala mereka. Dan barangsiapa yang mem-berikan suatu contoh perbuatan buruk, maka dia menanggung dosa-nya dan dosa-dosa orang yang melakukannya setelahnya, tanpa mengurangi sesuatu pun dari dosa-dosa mereka." (Diriwayatkan oleh Muslim, no. 1017).
Sebagian ahli bid'ah memaknai kataسَنَّ dalam hadits ini dengan: اخْتَرَع yang artinya, menciptakan atau membuat. Sehingga makna سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَة dalam pandangan mereka adalah, "Barang-siapa yang membuat suatu perbuatan baik." Padahal makna sabda Rasulullah Sallallahu 'Alahi Wasallam di atas adalah, "Barangsiapa yang memberikan contoh baik dengan melakukan amal yang telah tsabit (tetap) berdasarkan Sunnah Nabi Sallallahu 'Alahi Wasallam." Inilah makna yang shahih, dan ini dilihat dari beberapa segi : 

SEMUA BID'AH ITU SESAT [1] (Menjawab Syubhat-syubhat)

Oleh: Drs. Hartono Ahmad Jaiz
(Editor: Abdurrahman Nuryaman)

KHUTBAH PERTAMA :
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلمْ.

Bid'ah menurut bahasa berasal dari akar kata بَدَعَ, yang memiliki makna dasar: Apa yang diadakan (dibuat) tanpa ada contoh yang mendahului.
Pecahan kata ini disebutkan dalam al-Qur`an. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرضِ
"Allah Pencipta langit dan bumi" (Al-Baqarah: 117).
Kata بَدِيعُ artinya: Yang menciptakan tanpa ada contoh sebelumnya. Maka maksud ayat di atas adalah, Allah menciptakan langit dan bumi tanpa didahului suatu contoh apa pun.
Bid'ah menurut Syariat, sebagaimana penjelasan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah adalah, "Apa yang menyelisihi atau menyimpang dari al-Kitab, atau as-Sunnah, atau ijma' as-Salaf ash-Shalih, baik dalam masalah akidah maupun ibadah." (Majmu' al-Fatawa, Ibnu Taimiyyah, 18/346).
Imam asy-Syatibi dalam kitab al-I'tisham menjelaskan, "Bid'ah adalah, sebuah istilah mengenai cara (ajaran) dalam Agama, yang dibuat-buat, yang menyerupai Syariat, yang dimaksudkan untuk dijalankan demi mempermantap (mendapat pahala lebih) dalam beribadah kepada Allah."
Ibtida' (mengada-adakan sesuatu tanpa ada contoh yang mendahului) itu ada dua macam: 

“Hakekat Tasawuf dan Sufi”

Bashrah, sebuah kota di negeri Irak, merupakan tempat kelahiran pertama bagi Tasawuf dan Sufi. Yang mana (di masa tabi’in) sebagian dari ahli ibadah Bashrah mulai berlebihan dalam beribadah, zuhud dan wara’ terhadap dunia (dengan cara yang belum pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam), hingga akhirnya mereka memilih untuk mengenakan pakaian yang terbuat dari bulu domba (Shuuf/صُوْف). Meski kelompok ini tidak mewajibkan tarekatnya dengan pakaian semacam itu, namun atas dasar inilah mereka disebut dengan “Sufi”, sebagai nisbat kepada Shuuf (صُوْف